Nyatanya masih kamu, dengan segala angka dan jalan.
Menembus selatan Jakarta, adalah sesak di dada
dari tengah kota sampai ke rumah lagi
Senayan, Permata Hijau, Palmerah, dan rumahku
Tahukah kamu.. aku menangis
Tak ada yang lihat
Berderu berbarengan abang ojek onlineku
Tertutupi kaca helmnya
Tak ada yang melihat
Air mataku selalu samar
Karena selalu beriring tanpa waktu khusus
Aku masih berharap…